GemilangNews,MAGELANG – Meski baru beberapa hari melakukan workshoap, Komunitas Masyarakat Peduli Pendidikan (KMPP) Kabupaten Magelang, langsung mengadakan sejumlah kegiatan. Diantaranya melakukan perkenalan dan kunjungan kerja kepada Kepala Kementrian Agama (Kemenag) dan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Magelang.

“Ini sebagai rangkaian kegiatan kami dalam upaya mendukung kesepakatan Rencana Tindak Lanjut tahun 2024 untuk mengembalikan 1000 ATS (Anak Tidak Sekolah) agar kembali ke sekolah,” kata Ketua KMPP Kabupaten Magelang, Eko Triyono, Selasa (7/11/2023).

Setelah ini, kata Eko, direncanakan pada Kamis (8/11,2023), KMPP dan Tim Penangan ATS Kabupaten Magelang akan mengadakan rakor persiapan turun ke empat wilayah ex kawedanan guna bertemu dengan ATS dan keluarganya.

“Kunjungan ini untuk rekonfirmasi pengembalian ATS ke sekolah, baik formal maupun informal/kesetaraan. Kita juga hadir bersama PKBM terdekat dan SKB Salaman,” ungkapnya.

Disampaikan, penanganan ATS dan ABPS (Anak Berpotensi Putus Sekolah) di Kabupaten Magelang tidak mudah dan diperlukan dukungan semua pihak, terutama pemerintah dan dinas terkait, termasuk ormas serta stakeholder lainnya. “Kebersamaan ini penting, agar dapat menyasar di semua lini masyarakat, utamanya yang tinggal di pelosok pedesaan,” ujarnya.

Gerakan kembali ke sekolah bagi ATS di Kabupaten Magelang. Rencananya akan dilakukan rekonfirmasi data ATS sebagai salah satu upaya pengembalian ATS ke sekolah. Setelah dilakukan rekonfirmasi kepada orang tua ATS, maka KMPP Kabupaten Magelang menargetkan untuk mengembalikan sebanyak 1.000 ATS agar kembali ke sekolah pada tahun 2024.

“Memang target ini tidak mudah, sehingga dibutuhkan keseriusan dan ketelitian agar mereka yang putus sekolah bisa kembali bersekolah, baik ke lembaga pendidikan formal maupun nonformal,” ungkapnya.

Sebelumnya, berdasarkan data SIPBM pada 29 Oktober 2023, jumlah ATS di 97 desa replikasi di Kabupaten Magelang, mencapai 2.280 anak. Terkait hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Magelang melalui Bappeda dan Litbangda, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, bersama KMPP bersinergi serta berkolaborasi dalam penanganan ATS, juga ABPS.

“Tahun 2024 program prioritas yang dicanangkan Pemkab Magelang salah satunya adalah penanganan masalah pendidikan dalam mempersiapkan tahun 2045 menuju Indonesia Emas,” kata Kepala Bappeda dan Litbangda Kabupaten Magelang, M. Taufiq Hidayat Yahya, pada pembukaan workshop Penyusunan Program bagi Komunitas Masyarakat Peduli Pendidikan dalam Penanganan ATS dan ABPS di Grand Wahid Hotel Salatiga, Rabu – Kamis (1 – 2/10/2023) lalu.

Menurut Taufik, masalah pendidikan bagi anak harus mendapatkan penanganan prioritas, terutama ATS dan ABPS. Masih tingginya angka putus sekolah di Kabupaten Magelang menjadi keprihatinan tersendiri, sehingga penanganan pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, tetapi menjadi tanggung jawab kita bersama, dengan melibatkan masyarakat dan stakeholder lainnya.

Dari angka 2.280 ATS di Kabupaten Magelang yang berdasarkan data by name by address (BNBA) tersebut, terdapat 900 anak perempuan, dan sisanya anak laki–laki. Mereka tersebar di 97 desa pada 21 kecamatan.

“Masih tingginya jumlah anak tidak sekolah tersebut, memerlukan langkah inovatif dengan melibatkan kolaborasi pentahelix melalui gerakan Magelang Gumregah Bali Mlebu ning Sekolah atau sering disebut dengan Magelang Gemregah Bungah, sehingga anak-anak usia sekolah mampu mengakses Pendidikan,” jelasnya.

Langkah penanganan Anak Tidak Sekolah meliputi Pendataan ATS, Penyusunan Regulasi Penanganan ATS, Pengembalian ATS ke jenjang Pendidikan formal maupun non formal, serta Monitoring dan Evaluasi untuk memastikan agar ATS tetap bersekolah. Salah satu Strategi Penanganan Anak Tidak Sekolah adalah pendataan ATS.

Sampai saat ini, jumlah Desa yang sudah melakukan pendataan yaitu 97 Desa. Kemudian 2024, Bappeda dan Litbangda bekerjasama dengan LPPM Universitas Diponegoro melalui kegiatan KKN akan melakukan pendataan ATS pada 30 Desa yang rencananya akan dilaksanakan pada Tahun 2024. Sehingga dari total 367 Desa, pada Tahun 2024 masih ada 240 Desa yang akan menjadi Desa Replikasi Penanganan Anak Tidak Sekolah.

“Harapan kita, semua pihak dapat membantu menangani masalah pendidikan bagi anak yang putus sekolah untuk kembali bersekolah. Sebab, banyak faktor yang melatarbelakangi anak-anak putus sekolah. Misalnya faktor jarak, biaya atau kurangnya kesadaran orang tua maupun anak terhadap pendidikan, bahkan faktor anaknya sendiri yang tidak mau sekolah,” harapnya.

Dalam hal ini, pemerintah desa memiliki peran penting dalam penanganan ATS maupun ABPS. Salah satunya dengan melakukan pendataan bagi warganya, khususnya anak-anak usia sekolah. “Penanganan ATS maupun ABPS menjadi penting, mengingat menghadapi tahun 2045, generasi yang tidak berkualitas akan tertinggal dan berpotensi masuk dalam lingkaran kemiskinan,” tandasnya.(Dharma)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Open chat
1
Kita lagi ada Program Acara keren sekarang. Gabung yuk lewat WhatsApp!