
GemilangNews,MAGELANG – Ecoprint saat ini menjadi tren ramah lingkungan dalam dunia Fashion. Ecoprint, menggunakan bahan-bahan alami seperti daun, bunga, dan kulit kayu digunakan untuk mencetak motif pada kain dengan teknik Eco-Printing. Hasilnya adalah kain motif yang indah dengan corak alami yang unik, menghadirkan keajaiban alam dan pesona alami yang memikat.
Ecoprint menggunakan unsur-unsur alami sehingga sangat ramah lingkungan dan tidak menimbulkan pencemaran air, tanah atau udara. Produk ecoprint semakin diminati masyarakat.
Tidak hanya masyarakat lokal dan domestik tapi juga masyarakat global.

Hal ini dirasakan oleh owner Corak Alam Ecoprint Ita Syarifah, yang beralamat di Desa Paremono Kecamatan Mungkid. Dirinya memulai bisnis Ecoprint saat pandemi. Ita mulai tertarik dengan teknik Eco Print, karena bahan yang digunakan mudah didapatkan dan warna dari motif dikain tidak memakai bahan sintetis atau kimia. Ita mulai menjalankan usaha kriyanya yaitu Ecoprint dengan bahan dasar kulit dan kain. Teknik diaplikasikan menjadi bentuk sandal, tas, topi dompet, sepatu.
Dalam pembuatan kain Ecoprint membutuhkan waktu yang lama dengan proses yang panjang.
“ Untuk proses pembuatan yang pertama scouring merupakan proses pembersihan sisa kotoran dari kain yang akan digunakan untuk eco print, lalu mordanting proses merendam kain menggunakan air tawar selama 1 jam stelah itu proses pencetakan dan hasilnya kita bisa pasarkan, itulah mengapa kain Eco Print ini menjadi mahal karena eksklusif,” kata Ita Syarifah Ketika diwawancarai di acara Jamus Gemilang UMKM bersama Bank Bapas 69 LPPL Radio Gemilang FM, pada Selasa, 07/11/2023, di Rumah Produksi Corak Alam, Paremono, Mungkid.
Dirinya melanjutkan bahwa bahan – bahan dalam pembuatan Ecoprint yang dipilih adalah kain yang berserat alami, untuk motif yang dipakai dari daun, bunga, dan dari batang. Sementara untuk pewarna kain menggunakan kain secang, daun mangga, daun jati, kayu tegeran dan kayu tingi.
“ Kalau daun intinya bisa dipakai tapi munculnya warna berbeda – beda, tergantung dengan tanin yang ada didalamnya, kalau taninnya kuat motif aka tercetak sempurna jika taninnya tidak kuat hasilnya akan siluet, untuk menentukan daun yang taninnya kuat yaitu rasa yang pahit,” ungkap Ita.
Corak Alam Ecoprint tidak hanya menjual produk kerajinan namun juga membuka workshop bagi masyarakat yang ingin belajar membuat kain motif eco print, untuk itu ita juga bekerja sama dengan para pelaku wisata seperti biro perjalan dan VW dalam edu wisata. selain itu, ita menjalin kerja sama dengan Resort yang berada di Magelang.
“ Kami bekerja sama dengan Resort dimana kami dibuatkan sebuah taman khusus tanaman eco print, jadi bisa menjadi tempat workshop dimana di kelilingi tanaman yang akan digunakan untuk mencetak motif,” lanjutnya.
Dari hasil workshop, ita memiliki komunitas Ecoprint di Kabupaten Magelang yang saat ini memiliki 75 anggota. Ita berharap Corak Alam Eco Print bisa menjadi inspirasi bagi pelaku UMKM yang ingin memulai usaha, karena Ecoprint tidak membutuhkan modal besar, cukup dengan memanfaatkan bahan-bahan organik yang ada di sekitar, produk ecoprint dapat bernilai jual cukup tinggi.(Andien)