GemilangNews,MAGELANG – Beberapa waktu lalu Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menyampaikan bahwa pada Bulan September rencananya Catra Candi Borobudur akan dipasangkan. Terkait hal tersebut Arkeolog Museum dan Cagar Budaya Warisan Dunia Borobudur, Hari Setyawan tidak mengetahui secara detail tentang rencana pemasangan tersebut.
Hari menyampaikan bahwa memang beberapa ahli dari BRIN yang ditugaskan oleh Kementerian Agama untuk mengkaji rencana pemasangan kembali Catra oleh van Erp. Menurut hasil kajian Balai Konservasi Borobudur tahun 2018 tidak merekomendasikan pemasangan Catra karena Catra bukan elemen arsitektural asli Candi Borobudur.
“Catra yang saat ini sedang diriset oleh saudara-saudara kita dari BRIN itu merupakan hasil karangan atau yang kita sebut sebagai rekonstruksi perkiraan yang dilakukan oleh van Erp sekitar tahun 1907 sampai 1911, bersamaan dengan pemugaran Candi Borobudur yang pertama kali,” terang Hari saat ditemui, Kamis (19/7/2024).
Dari hasil rekonstruksi tersebut van Erp menyatakan bahwa dia melakukan banyak kesalahan dengan menambahkan batu baru pada struktur hasil rekonstruksi sehingga keaslian dari Catra tidak sesuai, kemudian diturunkan kembali oleh van Erp.
Hari melanjutkan bahwa Candi Borobudur merupakan candi yang tidak mempunyai Catra dengan analogi bahwa candi-candi khususnya yang ada di Jawa tengah di abad 8 sampai 10 masehi itu tidak bercatra.
Dengan status Candi Borobudur sebagai Cagar Budaya peringkat nasional dan telah diakui UNESCO sebagai Situs Warisan Budaya Dunia langkah-langkah pelestarian termasuk intervensi pemasangan Catra harus dilengkapi dengan dokumen-dokumen naskah ilmiah akademis yang membuktikan bahwa Catra merupakan bagian asli Candi Borobudur.
“jika pembuktian atas keaslian ini tidak dilakukan akan menjadi bencana yang harus kita tanggung dari generasi ke generasi karena telah merubah keaslian dari Candi Borobudur itu sendiri,” tegas Hari
Satu hal yang perlu disadari adalah nilai di Borobudur ini adalah universal sehingga sebagai Warisan Budaya Dunia dimana bukan hanya milik masyarakat Indonesia namun juga dunia sehingga tidak hanya masyarakat atau umat Buddha saja yang memaknai Candi Borobudur namun semua umat beragama, para penghayat kepercayaan, masyarakat tradisional bisa memaknai Candi Borobudur pada kehidupan mereka.(Giandika)