GemilangNews,MAGELANG – Antusias masyarakat menyaksikan Karnaval Budaya dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun HUT ke 78 Republik Indonesia di beberapa Kecamatan di Kabupaten Magelang sangat tinggi. Satu diantaranya Karnaval Budaya Salaman, yang berlangsung pada Selasa, (22/8/2023) lalu Parade yang digelar dalam bentuk karnaval budaya ini semakin meriah dengan berbagai pertunjukan dari masyarakat sekitar. Salah satunya parade karnaval dengan tema Keberagaman Nusantara yang diikuti perwakilan dari Dusun di Desa Kaliabu salah satunya dari Dusun Kopen, Desa Kaliabu, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang yang pada akhirnya menjadi juara pertama se-Kecamatan Salaman. Selain itu juga, kostum karnaval Dusun Kopen yang saat itu berkolaborasi dengan Komunitas Lereng Menoreh (KLM) juga ikut berpartiaipasi di dalam acara Parade Seni dan Budaya Kabupaten Magelang dan berhasil terpilih sebagai “Penyaji Terbaik” Parade Seni Kabupaten Magelang yang berlangsung di depan Kantor Pemerintah Kabupaten Magelang, pada Sabtu (26/08/2023) siang.
“ Setelah penundaan yang panjang kami akhirnya bisa merealisasikan konsep karnaval dengan tema nusantara ini,” ungkap Wahyu Wiji Pamula, perwakilan Remaja Dusun Kopen (REMAKO) yang merupakan perancang narasi tema karnaval.
Wahyu bercerita, Remako bersama warga Desa Kaliabu membuat kostum karnaval pada awal tahun 2018 dengan mengangkat tema pasukan garuda yang pada saat itu mewakili Desa Kaliabu dan Kecamatan Salaman di Festival Budaya Kabupaten Magelang dan menjadi juara pertama. Namun pembuatan kostum karnaval sempat tertunda selama kurang lebih tiga tahun akibat pandemi Covid-19.
“ Dan pada tahun 2022 setelah pemerintah melonggarkan aktivitas, kami sudah berencana merealisasikan tema nusantara namun terkendala biaya. Akhirnya saat itu kami tetap berpartisipasi mengikuti karnaval dengan tema Sabdo Palon dengan ikon Semar Badroloyo,” jelasnya.
Wahyu menyampaikan bahwa sejak awal Remako bersama warga Desa Kaliabu tidak hanya ingin sekadar mengikuti karnaval, tetapi mereka juga ingin bercerita melalui tema karnaval tersebut. Pada Tahun 2023 ini, dengan Tema Nusantara, Wahyu ingin memperlihatkan bahwa banyak mutiara yang tersimpan di bumi nusantara berupa suku, adat dan budaya.
“ Pada tahun ini kami memperlihatkan sedikit wajah nusantara, dimana kami hanya membuat konsep karnaval lima suku yaitu Jawa, Toraja, Ponorogo, Bali dan Lampung. Kami sengaja memilih suku tersebut bukan bermaksud mengecilkan suku yang lain namun suku tersebut dipilih untuk mewakili pulau di nusantara ini,”lanjutnya.
Wahyu menjelaskan, nama Nusantara sendiri tercipta dari dua kata yaitu nusa dan antara, nusa bermakna pulau dan antara bermakna penghubung, jadi nusantara adalah pulau yang saling terhubung. Dan untuk simbol dari nusantara itu sendiri mereka membuat ogoh-ogoh sosok Jatayu, sosok burung garuda bertubuh manusia.
“ Jatayu sendiri memiliki makna jagad tinoto rahayu atau alam tertata sejahtera. Jadi kami Remako berpartisipasi merancang semua ini bukan semata mata hanya untuk memeriahkan hari kemerdekaan namun juga terselip pesan dan harapan demi terwujudnya jatayu, maka sebagai manusia kita harus mau dan mampu menjaga, merawat dan melestarikan keberagaman yang ada,” pungkasnya.
Lebih lanjut, Wahyu mengungkapkan biaya yang dihabiskan untuk membuat kostum karnaval ini sekitar lebih dari 30 juta rupiah, dengan sumber dana berasal dari hasil penyewaan kostum karnaval. Dijelaskan Wahyu, harga sewa kostum beragam, untuk kostum prajurit Rp. 35.000 – Rp. 75.000, untuk maskot mulai dari Rp. 250.000 – Rp. 600.000 per set dan untuk ogoh-ogoh mulai dari Rp. 500.000 – Rp. 750.000. Sedangkan waktu pengerjaan kostum yang terbuat dari spon ati dan sterofoam tersebut, rata-rata membutuhkan waktu satu bulan dengan melibatkan semua elemen pemuda Dusun Kopen dan masyarakat sekitar.
“ Kami berharap kedepannya, karena kami masih belajar maka kami akan terus belajar dan akan membuat karya yang lebih baik lagi yang bisa dinikmati oleh masyarakat.” harapnya.(Elma)