GemilangNews,MAGELANG – Alergi obat menjadi perhatian serius yang seringkali menimbulkan kekhawatiran di masyarakat. Obat bukan sekadar zat yang digunakan untuk menyembuhkan, tetapi juga untuk mencegah dan mendiagnosis suatu penyakit.

Hal tersebut diungkapkan apoteker Vika saat menjadi narasumber dalam program talkshow Jamus Gemilang di LPPL Radio Gemilang Fm, Kamis (03/07/2025).

“Waktu munculnya reaksi alergi juga bervariasi ada yang cepat (1-6 jam setelah konsumsi) dan ada pula yang lambat (beberapa hari kemudian). Reaksi lambat seringkali karena alergi terhadap bahan tambahan dalam obat, bukan hanya kandungan utamanya,” lanjut Vika.

Alergi obat sendiri dijelaskan Vika, yaitu  reaksi abnormal sistem kekebalan tubuh yang menganggap obat sebagai zat asing berbahaya, meskipun obat tersebut seharusnya memberikan efek terapi yang diinginkan.

Sementara, narasumber yang lain, apoteker RSUD Muntilan, Rizki mengatakan, obat tidak hanya bersifat kimia, tetapi juga mencakup obat herbal, vaksin, vitamin, hingga suplemen obat dikelompokkan berdasarkan cara perolehannya, mulai dari obat bebas (lingkaran hijau), bebas terbatas (lingkaran biru), obat keras (lingkaran merah dengan huruf K) yang memerlukan resep dokter, dan obat narkotika (lingkaran dan simbol +).

” Gejala alergi obat sangat bervariasi, namun yang paling sering muncul adalah kemerahan pada kulit, gatal-gatal yang bisa disertai rasa tertusuk, panas, hingga kesemutan,” jelas Rizki.

Lebih lanjut, Rizqi menyebutkan, kasus alergi juga bisa menyebabkan pembengkakan pada wajah, kaki, mata berair, hidung berair, sesak napas, hingga kondisi paling parah seperti penurunan tekanan darah drastis, kesulitan menelan, jantung berdebar, bahkan pingsan atau kehilangan kesadaran.

“Semua jenis obat berpotensi menyebabkan alergi, namun beberapa yang paling sering memicu alergi adalah antibiotik dan obat nyeri, bahkan obat ringan seperti parasetamol pun bisa menyebabkan alergi pada individu tertentu,” tegas Rizki.

Menurutnya tidak semua orang memiliki risiko alergi yang sama. Iqndividu dengan riwayat alergi obat sebelumnya, riwayat alergi dalam keluarga, alergi makanan, penderita asma, atau penyakit autoimun memiliki risiko lebih tinggi.

” Lalu, apa yang harus dilakukan jika mengalami alergi obat? Pertama, jangan panik. Hentikan segera konsumsi obat yang dicurigai sebagai pemicu. Perhatikan apakah gejala berkurang setelah obat dihentikan dan segera konsultasikan ke fasilitas kesehatan terdekat (puskesmas, IGD, atau dokter).
Informasikan kepada dokter obat apa yang baru saja dikonsumsi atau digunakan, meskipun itu obat bebas,” sarannya.

RSUD Muntilan sendiri telah menyediakan berbagai fasilitas untuk memudahkan pasien, antara lain Robot (Layanan Antar Obat RSUD Muntilan) bagi pasien yang tidak sempat menunggu obat setelah kontrol, serta Halo Apoteker untuk konsultasi obat. Informasi lebih lanjut dapat diakses melalui akun Instagram RSUD Muntilan.(Shinta)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *