GemilangNews,MAGELANG – Dusun Ngaran 2 di Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang yang dikenal sebagai Kampung Homestay. Kini, Dusun tersebut memiliki objek wisata baru yaitu Agrowisata Mini Ghaisan Farm Borobudur. Agrowisata merupakan sebuah aktivitas yang mengkombinasikan sektor pariwisata dengan sektor pertanian dalam satu bentuk usaha.
Puguh Tri Warsono sebagai pemilik dan pengelola Agrowisata Mini Ghaisan Farm menceritakan awal mula mendirikan agrowisata dikarenakan ingin membuat trobosan wisata outdoor di Borobudur. Berdasarkan hobi yang ditekuni yaitu berkebun buah dan memiliki kebun buah di beberapa lokasi, Puguh ingin memberikan edukasi tentang menanam buah sehingga dapat mendapatkan hasil buah yang terbaik.
“Realitanya banyak orang yang tidak mempertahankan kualitas. Jadi, misal, orang jualan alpukat, dimana penebas yang akan membeli satu pohon akan langsung diambil semua tanpa menunggu semua matang. Karena jika tidak, akan rugi waktu, biaya, tenaga. Dan ini pada akhirnya kualitas buahnya tidak sama,” terang Puguh.
Tempat wisata dengan luas kurang lebih 1 hektar ini menawarkan berbagai fasilitas untuk pengunjung. Dengan harga tiket masuk Rp. 20.000/dewasa dan Rp.15.000/anak diatas 6 tahun, pengunjung medapatkan jus jambu atau air mineral, dapat memetik dan menikmati buah jambu kristal yang ditanam dengan sistem tabulapot (tanaman buah dalam pot) secara gratis dengan pemandangan hamparan sawah, mendapatkan edukasi dari pemandu terkait menanam tanaman buah dengan sistem pertanian terpadu yang tidak menggunakan pupuk kimia. Selain tanaman buah jambu kristal, wisata edukasi ini juga memiliki pohon durian, alpukat dan matoa. Namun, saat ini yang berbuah dengan bagus adalah jambu kristal. Selain itu, pengunjung dapat menyaksikan peternakan kelinci yang kotoran dan urinnya diolah menjadi pupuk untuk tanaman buah.
Pengunjung juga bisa bersantai di gazebo dekat kolam ikan yang dikelola dengan sistem kolam Central Drain (CD), sistem ini adalah kolam yang mempunyai saluran pembuangan yang terletak di tengah kolam dengan kemiringan 20-35%, yang bertujuan untuk memaksimalkan pembuangan kotoran. Peternak ikan maju menggunakan sistem ini untuk menjaga kualitas air.
“Metode ini banyak digunakan dalam CBIB, itu singkatan dari Cara Budidaya Ikan Yang Baik. Kebetulan saya juga partner efiseri yang ada di Jawa Tengah terkait budidaya ikan,” jelasnya kembali.
Puguh berharap selain wisatawan, pelajar dan para petani dapat tertarik untuk mengunjungi agrowisata ini, saling berbagi dan belajar terkait pengelolaan pupuk organik bagi tanaman buah.(Giandika)