GemilangNews,MAGELANG – Ribuan warga masyarakat dengan memakai pakaian adat Jawa memadati area pemakaman Eyang Suro Gendero yang terletak di sebuah bukit.
Lebih terlihat sakral, seluruh masyarakat masing-masing membawa sebuah tumpeng di kepalanya. Kegiatan tersebut dilakukan masyarakat tiga Dusun yaitu Kuncen, Sowanan Dan Ngablak Desa Ngablak Kecamatan Ngablak dalam menyambut datangnya 1 Muharram 1446 H.
” Kita sebut kegiatan ini adalah Kirab 1000 tumpeng menyambut Muharram. Tumpeng terdiri dari nasi dan lauk-pauk,” kata Kepala Desa Ngablak, Anny Anggraini disela-sela kegiatan kirab, Minggu 07/07/2024 siang.
Dijelaskan Anny, setelah melakukan kirab tumpeng, masyarakat menggelar doa bersama di makam eyang Suro Gendero yang ada di sebuah bukit dan melaksanakan makan bersama. Kegiatan tersebut menurutnya,untuk berdoa bersama memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar masyarakat Dusun Sowanan, Kuncen dan Ngablak tetap diberi kesejahteraan dan rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa.
“Ribuan nasi tumpeng dan ingkung ayam dan lainnya yang dibawa warga dari tiga dusun tersebut, sebagai ungkapan syukur atas kelimpahan rezeki dari Tuhan Yang Maha Esa,” lanjutnya.
Pada kirab tersebut, dikatakan Anny masyarakat juga membawa satu buah gunungan sayuran yang diperebutkan masyarakat yang mengikuti tradisi tersebut. Gunungan sayuran tersebut sebagai ungkapan syukur atas hasil panen dari ladang para petani setempat mengingat sebagian besar masyarakat Desa Ngablak berpencaharian sebagai petani sayuran.
Ketua Harian Komite Seni Budaya Nusantara Magelang, Mul Budi Santoso mengatakan, Eyang Suro Gendero diyakini oleh masyarakat Desa Ngablak sebagai salah satu prajurit Pangeran Diponegoro yang dimakamkan di Dusun Sowanan, Desa Ngablak. Sehingga tradisi Suran tersebut dilakukan di tempat tersebut.
” Suran di Pertapaan Eyang Suro Gendero tersebut, merupakan even tahunan sebagai wujud syukur masyarakat Desa Ngablak. Wujud syukur yang dilakukan oleh masyarakat dari tiga dusun tersebut berupa, masing-masing kepala keluarga membawa nasi tumpeng,” katanya.
Ia berharap, kegiatan tersebut dapat terus dilaksanakan sehingga tetap lestari dan bisa mendukung dunia pariwisata di Kabupaten Magelang. Selain itu, kegiatan tersebut juga merupakan simbol dari toleransi antarumat beragama di Desa Ngablak. Yakni, doa bersama dari dua agama yang berbeda yakni Kristen dan Islam. Tetapi dengan satu tujuan agar diberi keselamatan.(Dharma)