GemilangNews,MAGELANG – Keuletan dalam berusaha tentu dapat menumbuhkan rasa tekun sehingga hasil akhir yang dicapai juga akan menggembirakan. Walaupun memang pada dasarnya nasib seseorang sudah digariskan oleh Tuhan YME.

Namun nasib yang baik juga dapat kita wujudkan dengan usaha, kerja keras dan ikhlas serta ikhtiar berdoa.

Hal itu yang dilakukan oleh Apsasi Annisa Romas, pemilik Ipang Production, warga Jalan Nepen, RT 02/RW 05, Nepen, Desa Gunungpring, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang. Siapa sangka, ibu satu orang anak itu, kini memiliki 33 karyawan dan omzetnya mencapai ratusan juta rupiah perbulan.

” Tahun 2010 lalu saya itu jualan Cilok (Makanan dari tepung kanji-Red) keliling sekolah ke sekolah dibantu suami saya,” kata Annisa

Menurutnya pengalaman menjadi pedagang cilok itu tidak pernah ia lupakan. Selama hampir empat tahun, ia dan suaminya berkeliling ke satu sekolah ke sekolah yang lain. Untung bahkan rugi, sudah sering ia alami. Terkadang, keduanya pernah tidak mendapatkan keuntungan sama sekali, gara-gara suaminya kurang teliti saat menghadapi anak-anak yang berebut membeli ciloknya saat jam istirahat tiba. Kerugian terbesar, dialami saat musim penghujan. Dimana mereka sering tidak berjualan karena hujan turun berhari-hari.

Lika liku perjalanan hidupnya sebagai pedagang cilok tersebut, membuat mereka berpikir keras. Karena hasil jualan ciloknya, sering merugi. Bahkan terkadang tidak bisa membawa pulang uang karena tidak laku. Ditambah lagi, jika hasil buruh sablon suaminya, juga tidak bisa diandalkan setiap bulannya.

“Boro-boro bayar sekolah, untuk membeli beras saja kadang tidak mampu,” kata Anisa, mengenang.

Pada Tahun 2014, akhirnya mereka memutuskan untuk beralih profesi. Meski hanya modal Rp 200 ribu saat itu, mereka memberanikan diri untuk membuka usaha sablon sendiri. Modal itu mereka kumpulkan dari sisa hasil jualan cilok dan tabungan suaminya sebagai buruh sablon selama beberapa tahun tersebut. Diakui jika pengalamannya saat bekerja sebagai pedagang cilok dan buruh pabrik di Batam, Riau Tahun 2008 – 2010 lalu, cukup membantunya dalam mengelola usaha barunya ini. Kecakapannya dalam bergaul dan berkomunikasi dengan semua orang, juga sangat membantu mengenalkan usahanya.

Pada awalnya, ia mengenalkan usahanya ke teman-temannya sewaktu di SMA. Hal ini karena banyak temannya yang menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) maupun pegawai kantoran dibeberapa perusahan. Tidak jarang juga, ia dan suaminya membagi-bagikan secara gratis kaos produksinya bertuliskan “Ipang Production”, kepada beberapa tukang ojek di seputaran Muntilan. Dari beragam cara promosinya inilah, ia mulai sedikit demi sedikit mendapatkan pesanan. Sampai kemudian, mereka mendapatkan pesanan 600 kaos dari salah satu promotor otomotif. Sejak saat itu, pesanan mulai mengalir dari berbagai penjuru. Ia pun mulai berani merekrut karyawan hingga kini memiliki 33 karyawan yang tiga diantaranya difabel. Melalui usaha keras, iklas dan doanya yang tidak pernah putus inilah, kini ia memiliki lima tempat produksi.

Diakui, jika perkembangan usahanya sangat terbantu peran pemerintah utamanya Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Salah satunya saat Anisa dilibatkan sebagai peserta pelatihan manajemen usaha kecil pada Januari 2020 dan Pelatihan Achievement Motivation Trainning pada Agustus 2020 oleh Dinas Koperasi dan UKM Pemprov Jateng. Sejak itulah, nama Ipang Production dikenal hingga ke Semarang utamanya beberapa instansi Pemerintah Provinsi Jateng. Puncaknya saat Pandemi Covid-19 lalu. Dimana saat sejumlah perusahan gulung tikar, bahkan merumahkan karyawannya, tapi dirinya justru berani tetap menggaji penuh karyawannya. Ini terjadi karena sejumlah instansi utamanya dari Pemprov Jateng, memesan ribuan masker ke dirinya. Sejak itu, ia juga melebarkan sayap usahanya tidak hanya memproduksi kaos dan masker, tapi juga topi, kemeja, tas, mug dan lainnya.

“Pada saat pandemi covid-19 itulah momen yang tidak akan pernah kami lupakan. Saat pesanan kaos sepi bahkan turun hingga 50 persen, kami berinovasi dengan membuat aneka jenis masker kain. Mulai masker medis dan masker wajah. Saat itu, pesanan mengalir dari sejumlah dinas baik kabupaten maupun provinsi jawa Tengah. Tidak hanya masker, tapi juga kaos, mug, tas dan sebagainya,” ungkapnya.

Pandemi Covid-19 itulah yang dirasakan membuat usahanya berkembang pesat. Dimana pesanan masker meningkat drastis, seiring himbauan pemerintah untuk menjaga protokol Kesehatan dengan salah satunya memakai masker saat bepergian/keluar rumah. Pada saat itu, ia mengajak karyawannya untuk membuat dan ikut memasarkan masker produksinya melalui grup-grup WhatsApp yang mereka miliki. Ini dilakukan karena bahannya mudah dan murah, karena hanya dari sisa-sisa kain membuat kaos yang tidak terpakai.

“Praktis tidak ada modal yang kami keluarkan, karena bahannya hanya memanfaatkan sisa-sisa kain yang tidak terpakai. Jadi keuntungannya membuat masker, sangat besar,” jelasnya.

Puncaknya pada tahun 2021 lalu, saat ia kembali diundang mengikuti pelatihan tentang stagnasi sistem penjualan dan pengelolaan keuangan serta pengelolaan asset dari Pemprov Jateng.

“Dari pelatihan inilah, saya diajari bagaimana menghitung target omzet. Kami juga mulai memperbaiki manajemen. Termasuk kami merekrut orang marketing, hingga akhirnya kami bisa menemukan target sasaran pasar yang menjadikan omzet kita mengalami kenaikan hingga saat ini,” pungkasnya.(Dharma)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Open chat
1
Kita lagi ada Program Acara keren sekarang. Gabung yuk lewat WhatsApp!