GemilangNews,MAGELANG – Berawal dari peristiwa kecelakaan yang berakibat kaki cidera selama 2 tahun dan istri meninggal, Haris warga Kebon Rejo, Candi Mulyo, Kabupaten Magelang bertemu dengan Joko Prayitno salah satu tenaga kesehatan (Nakes). Nakes tersebut menyarankan untuk tidak terlalu sering menggunakan antibiotik kimia, dan menyarankan menggunakan herbal yaitu berupa madu.
“Bapak Joko ini menyarankan pakai madu, tapi bukan madu tawon, yang disarankan madu lanceng. lalu dioleskan di permukaan luka,” kata Haris, Jumat 07/07/2023
Haris mendapatkan madu lanceng dari seorang teman dan diberi 6 sarang madu lanceng. Kurang lebih selama 3,5 bulan, luka pada kaki Haris tertutup, sedangkan sebelumnya selama 2 tahun dirinya masih melakukan perawatan luka melalui home care.
“Saya kemudian belajar tentang madu lanceng melalui internet. Dari situ saya tau, salah satu peternakan lanceng terbesar itu berada di negara Brazil. Produk unggulan mereka bukan madu tapi propolis, sarang madunya. Saya semakin belajar memanfaatkan internet hingga saya berkenalan dengan Dr. Abu Hasan Jahil, beliau pakar makrologi lanceng dari Malaysia dan memberikan banyak masukan tentang madu lanceng,” ceritanya.
Dari dunia maya berlanjut kopi darat. Haris mendapat kunjungan dari pakar makrologi dari Malaysia tersebut di Indonesia dan mengajari secara langsung tentang berternak lanceng. Dirinya juga diberi buku tentang teknik beternak lanceng yang baik.
“Beliau berpesan, silahkan pelajari sedalam-dalamnya, dan ilmunya tolong disebarkan di Indonesia, Jangan pelit ilmu,” terangnya mengingat pesan dari orang yang berjasa dalam hidupnya.
Haris serius menekuni usaha madu lanceng, sehingga saat ini telah memiliki 13 ladang lebah lanceng. Target utama dalam ikhtiarnya di usaha lanceng adalah memberikan edukasi kepada anak-anak untuk kembali mencintai lingkungan. Dengan mencintai lingkungan, lingkungan pasti memberikan timbal balik kepada yang menjaganya.
Edu wisata di tempatnya aman karena lebah lanceng tidak bersengat. Lebah lanceng juga memiliki 350 jenis dan menurut buku yang Haris baca, lebah lanceng juga terbagi menjadi 13 sub spesies. Selama Edu Wisata ia memberikan ilmu pada pengunjung tentang beternak lebah lanceng dan manfaat madu lanceng yang bukan hanya untuk di konsumsi, namun juga dapat dioles pada luka dan dapat dijadikan masker wajah.
Madu Lanceng milik Haris hanya dijual di marketplace dan di Gubug Lanceng. Lebah Lanceng tidak seperti Lebah lainnya yang sering dipanen. Madu lanceng dipanen hanya di musim tertentu. Pada musim hujan hanya dapat dipanen 3 bulan sekali. Madu lanceng dijual dengan harga mulai dari Rp. 75,000,- hingga Rp. 500,000,-.
“Madu lanceng itu rendah glukosa, tinggi asam amino. Madu ini juga membantu pankreas untuk pembentukan insulin. Jadi madu ini aman dikonsumsi siapapun,” jelasnya kembali.
Pria yang juga sebagai Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat berharap para peternak lebah lanceng lebih menjaga lingkungan sebaik-baiknya, sedangkan madu adalah bonusnya.(Giandika)