GemilangNews,MAGELANG – Tetap seperti biasa, pria itu bertelanjang kaki ketika menyapa dan melayani pengunjung yang datang kerumahnya. Kebetulan rumah yang ia miliki digunakan untuk tempat tinggal sekaligus tempat usaha berupa wisata edukasi pengeolahan nira kelapa menjadi gula jawa.

Dengan sabar dan selalu terpancar raut bahagia, pria bernama Agus itu melayani tamu baik lokal maupun mancanegara. Menurutnya kearifan local yang mengandung nilai-nilai luhur peradaban seperti pembuatan gula jawa dengan cara tradisional dan cara minum kopi maupun teh dengan gula jawa, sudah selayaknya dijaga konsistensinya sebagai ciri khas suatu daerah.

“Tradisi minum kopi maupun teh dengan cara mengunyah gula Jawa ini masih terus kami lestarikan dan kami lakukan hingga sekarang,” kata Agus, Pemilik Gubug Kopi Borobudur, Desa Karangrejo Kecamatan Borobudur, Jumat (23/06)

Menurutnya tradisi itu sudah ia dapatkan secara turun – temurun dari keluarga sejak dulu. Sehingga kemudian dirinya membuat ide untuk mengemas tradisi tersebut sebagai paket wisata edukasi pengolahan nira kelapa menjadi gula jawa sekaligus tata cara minum the maupun kopi menggunakan gula jawa. Karena dengan begitu, menurut Agus, akan dapat lebih mengenalkan tradisi tersebut kepada orang lain dan menambah pundi-pundi pemasukan untuk keluarganya bahkan masyarakat di sekitarnya.

“Untuk melestarikan salah satu caranya adalah dengan kita mengenalkan pengolahannya dan cara “nglethus” gula jawa. Dengan banyak orang yang kenal dengan tradisi tersebut maka secara otomatis nilai pelestarian tersebut sudah kita lakukan,” lanjutnya.

Masih mengenakan busana jawa dan ikat kepala, dirinya menceritakan jika di tahun 2018 awal, dirinya membangun Gubug Kopi Borobudur bersama keluarganya di Dusun Sendaren 1 Desa Karangrejo Kecamatan Borobudur. Dengan cara itu, Agus mengaku dapat memberikan penghasilan tambahan untuk keluarga dan masyarakat sekitar.

“Banyak yang kemudian mendapatkan rezeki dari tempat ini. Mulai dari angkutan wisata seperti VW, dan masyarakat sekitar. Karena selain kami ajarkan cara minum kopi dan teh sesuai tradisi kami, pengunjung juga kami perlihatkan cara membuat gula Jawa murni, selain itu oleh-oleh juga ada di sini yang dibuat oleh masyarakat sekitar,” ungkapnya. 

Bahkan wisatawan mancanegara juga banyak yang sudah berkunjung ke tempatnya seperti dari Swiss, Belanda, Jepang, China. Agus mengatakan wisatawan tidak diharuskan membeli produk gula Jawa di tempatnya. Namun sebagian besar wisatawan pasti akan membeli oleh-oleh berupa gula Jawa.

“Karena berawal dari niat melestarikan tradisi, maka wisatawan yang datang ke tempat kami tidak harus membeli produk di sini. Mereka datang dan tahu tradisi kami saja itu sudah membanggakan bagi kami,” ungkapnya.

Agus yang berprofesi awal sebagai Tour Guide, berharap di daerah lain juga dapat mengembangkan nilai-nilai tradisi sebagai kekayaan daerah menjadi potensi pariwisata. Sehingga masyarakat akan dengan senang dan semangat turut melestarikannya.

Millo, wisatawan asal Swiss yang kebetulan hari itu berkunjung ke Gubug Kopi Borobudur mengatakan minum kopi dengan mengunyah gula Jawa merupakan sesuatu yang luar biasa dan menarik.

“Ini sangat mengagumkan, baru kali ini saya minum kopi dengan cara seperti ini,” katanya.

Suasana di Gubug Kopi Borobudur, kata Millo, menjadikannya rindu dengan suasana pedesaan. Karena suasana seperti itu membuat nyaman dan ingin kembali datang.(Dharma)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Open chat
1
Kita lagi ada Program Acara keren sekarang. Gabung yuk lewat WhatsApp!