GemilangNews,MAGELANG – Pelita bertaburan di lereng Bukit Menoreh. Suasana itu menambah sakral dan syahdu kegiatan Ruwat – Rawat Menoreh yang digelar di Dusun Karangsari Desa Ngargoretno Kecamatan Salaman, 17/08/2024 malam.
Warga secara hidmad mengikuti tradisi boyong banyu dan laku spiritual membelah bukit marmer yang ada disana.
” Kegiatan kita selalu awali dari rumah sesepuh, Mbah Ponco. Kemudian dengan pakaian jawa dan membawa obor, peserta menuju ke sumber air yang letaknya di bawah batuan marmer untuk kita lakukan ritual Boyong Banyu,” kata pegiat wisata Desa Ngargoretno, Shoim.
Prosesi Boyong Banyu dilakukan dengan mengambil air dari mata air Sendang Kali Sipat, dan membawa air tersebut ke lokasi utama kegiatan ruwatan. Menurut Shoim hal itu sebagai simbol jika air merupakan sumber kehidupan sehingga harus dijaga dan dilestarikan.
” Obor yang dibawa peserta merupakan simbol penerang jalan. Artinya selain kita memanfaatkan alam yang ada, kita juga harus berpegang teguh dan ingat kepada sang pemberi penerang, yaitu Tuhan YME,” jelasnya.
Selain itu menurutnya, obor mengingatkan masyarakat tempo dulu. Sehingga obor tersebut dipilih menjadi sarana dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat betapa pentingnya merawat alam.
Selain obor, Shoim menjelaskan juga dilakukan proses Grebeg Gunungan sebagai rasa syukur atas karunia alam dari sang pencipta kepada masyarakat Desa Ngargoretno.
” Bersyukur itu wajib. Apalagi dengan karunia alam yang dimiliki Desa Ngargoretno. Grebeg Gunungan ini melambangkan rasa syukur yang ada. Harapannya semua akan terus berjalan sehingga terdapat harmoni antara alam dan pemanfaatannya,” ungkapnya.
Kepala Desa Ngargoretno, Dodik Suseno mengatakan, ratusan warga Desa Ngargoretno mengikuti kegiatan tersebut. Ruwat-rawat menoreh menurutnya adalah potensi budaya yang harus terus dilakukan dan dilestarikan.
” Di dalam ruwatan ini banyak terkandung nilai-nilai moral yang harus terus dijaga. Seperti kerukunan, toleransi, saling menghormati dan unggah-ungguh. Ini yang harus dipertahankan jangan sampai terkikis,” katanya.
Dengan kegiatan itu, Dodik memiliki harapan, masyarakat dengan sadar akan terus melestarikan alam yang ada sebagai sumber kehidupan. Apalagi di Desa Ngargoretno terdapat batuan marmer yang memang harus dijaga kelestariannya.
” Potensi budaya seperti ini juga dapat menjadi salah satu atraksi wisata di Desa Ngargoretno selain potensi alam dan komoditas yang ada seperti Kopi, Cengkeh dan Kakao sebagai bahan baku cokelat,” imbuhnya.
Menurutnya kolaborasi aktif antara masyarakat dan pemerintah harus terus berjalan dengan baik guna memaksimalkan pengembangan potensi desa yang ada. Sehingga potensi yang ada di Desa Ngargoretno dapat dirasakan dan dinikmati oleh generasi mendatang.
” Kegiatan seperti ini akan terus kita lakukan dan kedepan semoga semakin berkembang, sehingga kesadaran merawat alam akan terus dilakukan hingga generasi mendatang,” harapnya.(Dharma)